Jumat, 01 September 2017

Bangkit Setelah 35 Tahun Mati Suri


Para sesepuh dukuh Muktisari desa Mulyosri Kecamatan Prembun Kebumen turut menjadi saksi 35 tahun kebangkitan group janeng Al Ikhlas dukuh Muktisari desa Mulyosri Prembun.

 Setelah 35 tahun lamanya mati suri, kelompok kesenian Jamjaneng Dukuh Muktisari desa Mulyosri kecamatan Pembun, pada Sabtu malam (8/4) kemarin bangkit kembali. Kebangkitan kembali paguyuban jamjaneng ini ditandai dengan Latihan Bersama yang diselenggarakan di kediaman pribadi Drs. Slamet Sugiharto, M.Pd. warga Dukuh Muktisari desa Mulyosri yang terpilih menjadi ketua paguyuban jamjaneng tersebut. 
 Acara Latihan Bersama dihadiri oleh Sutijo S.Sy, PJ kepala desa Mulyosri, Ketua BPD desa Mulyosri Hartono, Ketua DKD Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo, juga dihadiri puluhan tamu undangan, yang merupakan perwakilan beberapa grup jamjaneng dari kecamatan lain, seperti dari Sidototo kecamatan Padureso, dari Kradenan Ambal, dan dari Bumirejo Kebumen. Pada kesempatan tersebut, Sutijo S.Sy, PJ kepala desa Mulyosri membacakan struktur susunan pengurus baru bagi grup jamjaneng, yang terdiri dari beberapa imam masjid, imam mushola juga tokoh masyarakat di desa Mulyosri. Ketua grup Jamjaneng yang diberi nama Grup Jamjaneng Al Ikhlas dipilih Drs Slamet Sugiharto, M.Pd.
Ketua DKD Kebumen dalam sambutannya mengingatkan bahwa jamjaneng merupakan kesenian islami asli Kebumen yang harus dilestarikan, sehingga DKD memberikan apresiasi yang tinggi dan ucapan terima kasih, pada seluruh pihak yang turut berperan didalam upaya menghidupkan kembali kesenian jamjaneng di desa Mulyosri Prembun. 
Muhroji (75 th) yang saat sekarang bertindak sebagai dalang Jamjaneng desa Mulyosri
 Muhroji (75 th) yang saat sekarang bertindak sebagai dalang Jamjaneng desa Mulyosri, menyambut acara pada Sabtu malam tersebut dengan sangat bahagia. Dengan diliputi wajah bahagia dan haru Muhroji menuturkan keberadaan kesenian tersebut. Menurutnya bahwa kesenian jamjaneng di desa Mulyosri telah ada sejak tahun 1935, tetapi sejak 35 tahun yang lalu kesenian jamjanen di Mulyosri berhenti berkegiatan, hal tersebut disebabkan peralatannya rusak dan tidak mempunyai biaya untuk memperbaiki, beberapa peralatannya tersebut kemudian mangkrak tersimpan di rumah sesepuh desa.
Hingga saat ini beberapa pemain inti dari grup jamjaneng tersebut sudah banyak yang meninggal dunia, dan saat sekarang hanya tinggal tersisa enam orang, itupun keadaannya sudah renta.
 Slamet Sugiharto, selaku tokoh masyarakat di desa Mulyosri, menceritakan keadaan yang memprihatinkan pada kelompok kesenian tersebut pada Pekik Sat Siswonirmolo. Dan oleh Pekik, ia didorong untuk membantu menghidupkan kembali kesenian tersebut. Kemudian Slamet Sugiharto berinisiatip mengajak PJ Kepala desa Sutijo, untuk menghidupkan kembali kesenian jamjaneng tersebut. Atas kesepakatan dengan PJ Kepala desa, akhirnya beberapa peralatan yang rusak  diperbaiki, dan dibentuk kepengurusan sebagai upaya tindak lanjut menghidupkan kembali kesenian tersebut.


Slamet Sugiharto menjelaskan bahwa apa yang dilakukan merupakan upaya nyata untuk turut nguri-uri kesenian tradisional jamjaneng, Ia berharap nantinya akan ada regenerasi pemain jamjaneng di Mulyosri, dan keberadaan kesenian jamjaneng tersebut akan dapat turut berperan didalam memajukan pembangunan spiritual di desa Mulyosri Prembun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar