Penyerangan Pasar Candi oleh Tentara Belanda, pada peristiwa Canonade Minggu Wage 19 Oktober 1947 |
Ada nuansa yang berbeda pada upacara HUT RI
Ke 72 di Alun-alun Kebumen (17/8) kemaren. Pada upacara tersebut tidak hanya
sekedar menggelar upacara sebagaimana biasa pada setiap peringatan HUT RIdi
tahun tahun sebelumnya. Namun ada penampilan sosiodrama yang mengisahkan
peristiwa Canonade di desa Candi Karanganyar pada Agresi Belanda 70 tahun yang
lalu.
Pada sosiodrama yang diprakarsai oleh Kodim 0709 Kebumen dengan Dinas Pendidikan dan Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Kebumen tersebut, melibatkan sekitar 30 orang personil TNI dan Sipil TNI, bersama 25 orang warga masyarakat Karangsari Sruweng dan dibantu 48 siswa siswi dari SMA Negeri 2 Kebumen, SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMK Batik Sakti 1 Kebumen. 1 Karanganyar. Untuk penyutradaannya dikoordinir oleh BE Susilohadi S.Pd, dibantu Putut Ahmad Su’adi S.Hum dan Pekik Sat Siswonirmolo dari Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Kebumen.
Pada sosiodrama yang diprakarsai oleh Kodim 0709 Kebumen dengan Dinas Pendidikan dan Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Kebumen tersebut, melibatkan sekitar 30 orang personil TNI dan Sipil TNI, bersama 25 orang warga masyarakat Karangsari Sruweng dan dibantu 48 siswa siswi dari SMA Negeri 2 Kebumen, SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMK Batik Sakti 1 Kebumen. 1 Karanganyar. Untuk penyutradaannya dikoordinir oleh BE Susilohadi S.Pd, dibantu Putut Ahmad Su’adi S.Hum dan Pekik Sat Siswonirmolo dari Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Kebumen.
Pementasan sosiodrama digambarkan suasana pada
Minggu Wage 19 Oktober 1947, sekitar pukul 08.00 Wib keramaian pasar Candi pagi itu sekonyong-konyong
dikejutkan oleh datangnya pesawat Capung musuh yang melakukan pengintain sambil
memberikan sinar kode dan menjatuhkan beberapa bom kemudian disusul dentuman
peluru meriam pertama yang jatuh di dekat pasar Candi. Pesawat juga dipandu
oleh mata-mata Belanda yang berada di dukuh Legok dengan memantulkan cermin ke
atas sebagai kode lokasi keberadaan Candi.
Sebagai tembakan pendahuluan Belanda adalah ke arah
Selatan Sugihwaras, kemudian, menjatuhkan beberapa bom sebagai pemandu arah
sasaran pelaksanaan canonade yang dilakukan dari dua lokasi yakni Kenteng dan
Ragadana.
Warga masyarakat di pasar Candi kocar-kacir. Tembakan meriam dari Gombong semakin gencar bagai hujan peluru. Setelah tembakan mereda. Penduduk Candi dan sekitarnya bergegas untuk mengungsi, namun tidak lama kemudian peluru Kanon kembali berjatuhan di desa Candi yang meliputi dukuh Pasar Candi, Cengkoreh, Sigedong, Serang, Kandangan, Legok, Gemiwang, Kepel, Plarangan dan Pucung. Kanonade Candi baru berhenti sekitar pukul 13.00 Wib. Jumlah peluru yang ditembakkan lebih – kurang 600 butir.
Warga masyarakat di pasar Candi kocar-kacir. Tembakan meriam dari Gombong semakin gencar bagai hujan peluru. Setelah tembakan mereda. Penduduk Candi dan sekitarnya bergegas untuk mengungsi, namun tidak lama kemudian peluru Kanon kembali berjatuhan di desa Candi yang meliputi dukuh Pasar Candi, Cengkoreh, Sigedong, Serang, Kandangan, Legok, Gemiwang, Kepel, Plarangan dan Pucung. Kanonade Candi baru berhenti sekitar pukul 13.00 Wib. Jumlah peluru yang ditembakkan lebih – kurang 600 butir.
Warga selamat baik yang tadinya telah berlindung di
gua Sigedong maupun yang berada di rumah masing – masing mengungsi ke daerah
daerah yang aman di Somawangsa Karanggayam, Pandansari Sruweng dan sekitarnya..
Korban luka mengungsi ke rumah sakit kebumen untuk meminta pertolongan. Semua
berjalan kaki menyelamatkan diri. Korban parah setelah sampai di rumah sakit Kebumen
dilarikan ke rumah sakit Yogyakarta menggunakan kereta api.
Jumlah korban meninggal yang terdata 786 orang, mayat-mayat bergelimpangan dimana-mana, di rel kereta api, dipasar dan di sungai. Mata-mata Belanda pada akhirnya tewas, dengan kondisi kepala yang terpenggal, mayatnya dihanyutkan warga di sungai yang sedang banjir. Maka keadaan pun kembali aman.
Jumlah korban meninggal yang terdata 786 orang, mayat-mayat bergelimpangan dimana-mana, di rel kereta api, dipasar dan di sungai. Mata-mata Belanda pada akhirnya tewas, dengan kondisi kepala yang terpenggal, mayatnya dihanyutkan warga di sungai yang sedang banjir. Maka keadaan pun kembali aman.
Dengan pementasan sosiodrama tersebut
diharapkan akan memberikan kesadaran pada generasi muda akan arti pentingnya
sebuah kemerdekaan suatu bangsa,, yang ditebus dengan penderitaan, darah dan
beribu-ribu nyawa. Sehingga akhirnya akan muncul satu tekad untuk mewujudkan
semboyan NKRI harga mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar