Para sesepuh dukuh Muktisari desa Mulyosri Kecamatan Prembun Kebumen turut menjadi saksi 35 tahun kebangkitan group janeng Al Ikhlas dukuh Muktisari desa Mulyosri Prembun. |
Setelah 35 tahun lamanya mati suri, kelompok kesenian Jamjaneng Dukuh Muktisari desa Mulyosri kecamatan Pembun, pada Sabtu malam (8/4) kemarin bangkit kembali. Kebangkitan kembali paguyuban jamjaneng ini ditandai dengan Latihan Bersama yang diselenggarakan di kediaman pribadi Drs. Slamet Sugiharto, M.Pd. warga Dukuh Muktisari desa Mulyosri yang terpilih menjadi ketua paguyuban jamjaneng tersebut.
Acara Latihan Bersama dihadiri oleh Sutijo S.Sy, PJ kepala
desa Mulyosri, Ketua BPD desa Mulyosri Hartono, Ketua DKD Kebumen Pekik Sat
Siswonirmolo, juga dihadiri puluhan tamu undangan, yang merupakan perwakilan beberapa
grup jamjaneng dari kecamatan lain, seperti dari Sidototo kecamatan Padureso,
dari Kradenan Ambal, dan dari Bumirejo Kebumen. Pada kesempatan tersebut,
Sutijo S.Sy, PJ kepala desa Mulyosri membacakan struktur susunan pengurus baru
bagi grup jamjaneng, yang terdiri dari beberapa imam masjid, imam mushola juga
tokoh masyarakat di desa Mulyosri. Ketua grup Jamjaneng yang diberi nama Grup
Jamjaneng Al Ikhlas dipilih Drs Slamet Sugiharto, M.Pd.
Ketua DKD
Kebumen dalam sambutannya mengingatkan bahwa jamjaneng merupakan kesenian
islami asli Kebumen yang harus dilestarikan, sehingga DKD memberikan apresiasi yang
tinggi dan ucapan terima kasih, pada seluruh pihak yang turut berperan didalam
upaya menghidupkan kembali kesenian jamjaneng di desa Mulyosri Prembun.
Muhroji (75 th) yang saat sekarang bertindak sebagai dalang Jamjaneng desa Mulyosri |
Muhroji (75 th) yang saat sekarang bertindak sebagai dalang
Jamjaneng desa Mulyosri, menyambut acara pada Sabtu malam tersebut dengan
sangat bahagia. Dengan diliputi wajah bahagia dan haru Muhroji menuturkan
keberadaan kesenian tersebut. Menurutnya bahwa kesenian jamjaneng di desa
Mulyosri telah ada sejak tahun 1935, tetapi sejak 35 tahun yang lalu kesenian
jamjanen di Mulyosri berhenti berkegiatan, hal tersebut disebabkan peralatannya
rusak dan tidak mempunyai biaya untuk memperbaiki, beberapa peralatannya
tersebut kemudian mangkrak tersimpan di rumah sesepuh desa.
Hingga saat
ini beberapa pemain inti dari grup jamjaneng tersebut sudah banyak yang
meninggal dunia, dan saat sekarang hanya tinggal tersisa enam orang, itupun
keadaannya sudah renta.
Slamet Sugiharto, selaku tokoh masyarakat di desa Mulyosri, menceritakan
keadaan yang memprihatinkan pada kelompok kesenian tersebut pada Pekik Sat
Siswonirmolo. Dan oleh Pekik, ia didorong untuk membantu menghidupkan kembali
kesenian tersebut. Kemudian Slamet Sugiharto berinisiatip mengajak PJ Kepala
desa Sutijo, untuk menghidupkan kembali kesenian jamjaneng tersebut. Atas
kesepakatan dengan PJ Kepala desa, akhirnya beberapa peralatan yang rusak diperbaiki, dan dibentuk kepengurusan sebagai
upaya tindak lanjut menghidupkan kembali kesenian tersebut.
Slamet Sugiharto menjelaskan bahwa
apa yang dilakukan merupakan upaya nyata untuk turut nguri-uri kesenian
tradisional jamjaneng, Ia berharap nantinya akan ada regenerasi pemain
jamjaneng di Mulyosri, dan keberadaan kesenian jamjaneng tersebut akan dapat
turut berperan didalam memajukan pembangunan spiritual di desa Mulyosri Prembun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar