MENORENG
LANGEN BUDOYO SAMBENG
Kesenian
Asli Kebumen Yang Terlupakan
Salah satu adegan pada pementasan Menoreng Langen Budoyo Sambeng, Pimpinan S.Hadi Wijoyo dengan lakon Lahirnya Imam Suwongso. |
Kesenian Menoreng, merupakan salah satu kesenian khas
Kebumen, yang keberadaannya pada saat ini sangat meprihatinkan. Beberapa
masyarakat Kebumen bahkan sudah tidak mengenalnya. “ Menoreng si apa?”, begitu
pertanyaan yang selalu terlontar ketika disebutkan nama kesenian ini.
Hal tersebut tentu saja bisa dimaklumi lantaran kesenian ini
memang sudah jarang ditanggap untuk dipentaskan. Beruntung di dukuh Sambeng,
desa Seling kecamatan Karangsambung, masih ada beberapa orang yang masih
bertahan mempertahankan kelestarian kesenian ini.
Mereka tergabung dalam grup Kesenian Menoreng Langen Budoyo,
pimpinan S. Hadi Wijoyo, yang
beranggotakan sekitar 23 orang pemain, 7 orang penabuh iringan musik, dengan 2
orang dalang Menoreng, Arjo Sumarto dan S. Hadi Wijoyo. Dimana usia para
pemain, penabuh iringan musik dan dalangnya termasuk sudah tidak muda lagi,
rata-rata diatas 40 tahun hingga 65 tahun. Menurut pimpinan rombongan menoreng
Langen Budoyo, S. Hadi Wijoyo, saat sekarang memang jarang ada anak muda di
desa, yang mau menjadi pemain menoreng. Kebanyakan dari mereka lebih tertarik
menjadi pemain kesenian Ebleg atau kuda
Kepang. Beruntung di SD Negeri Pencil Kecamatan Karangsambung diselenggarakan
ekschool Menoreng bagi para siswanya.
Sehingga diharapkan para siswa inilah yang nantinya akan turut
melestarikan keberadaan kesenian Menoreng.
Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kebumen melihat kesenian Menoreng
merupakan bentuk kesenian yang unik, yang merupakan kesenian khas Kebumen. Hal
tersebut dapan dibuktikan dari pengucapan nama kesenian tersebut. Mengucapkan
kata Menoreng itu hanya pas diucapkan oleh orang Kebumen yang mengetahui kesenian tersebut, yaitu ucapan
“reng” seperti mengucapkan “reng” pada kata goreng atau mencoreng. Orang-orang
yang tidak mengetahui kesenian tersebut pasti menyebutnya keliru.
Keunikan lain dari kesenian Menoreng adalah bentuk
pementasannya seperti halnya wayang orang, tetapi pakaian atau kostum yang
dikenakan tidak meniru kostum wayang kulit, melainkan meniru kostum wayang
golek menak. Cerita yang dibawakan juga bersumber pada cerita babad menak,
bukan babad Ramayana atau Mahabarata. Kesenian menoreng ini sangat bernuansa
islami. Karena tetabuhan yang digunakan
sebagai musik pengiringnya terdiri dari
kendang, beduk, kecrek dan rebana. Demikian pula syair-syair yang ditembangkan,
guga berisi ajaran-ajaran keislaman.
Sebagai upaya melaksanakan tugas dan fungsinya, yaitu
memajukan, memelihara dan melestarikan seni dan budaya daerah. Dewan Kesenian
Daerah (DKD) Kabupaten Kebumen, Selasa(18/7) lalu, mementaskan Kesenian
tradisional asli Kebumen, yang sudah hampir tidak dikenal oleh masyarakat
Kebumen sendiri.
Pementasan kesenian tersebut, diusulkan oleh DKD Kebumen kepada Dinas Kominfo Kabupaten Kebumen dalam rangkaian program Diseminasi Informasi
Dengan Kemitraan Kesenian Tradisional. Dengan harapan dapat memberi kesempatan
pada kesenian Menoreng untuk dapat dikenal oleh masyarakat , dan sebagai upaya
DKD untuk mendokumentasikan kesenian tersebut . Kebetulan usulan tersebut
ditanggapi positif oleh Kepala Bidang IKP Dinas Kominfo Kebumen Dewi lndri
Astuti, SP, MM.
Upaya DKD untuk mementaskan kesenian Menoreng juga mendapat
dukungan dari berbagai pihak, diantaranya Kepala Desa Seling Sutarjo, Ketua
Grup Menoreng S. Hadi Wijoyo dan juga Kepala SD Negeri Pencil, Warisno, S.Pd,
M.Pd. Bahkan Warisno, S.Pd, M.Pd menyediakan
halaman sekolahnya untuk mementaskan Menoreng Langen Budoyo pimpinan S.Hadi
Wijaya dari dukuh Sambeng desa Seling kecamatan Karangsambung,
Pementasan Menoreng dengan lakon Lahirnya Imam Suwongso
dengan dalang Arjo Sumarto tersebut ternyata mendapat sambutan yang baik dari
bapak, ibu guru SD Negeri Pencil, para siswa dan masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya bapak dan
ibuguru, para siswa dan masyarakat yang menyaksikan, yang tidak hanya dari
warga setempat, namun ternyata tidak sedikit pula dari luar desa Seling. Hadir
pula pada pementasan tersebut Kepala Desa
Seling Sutarjo, Kepala SD Negeri Seling Warisno, S.Pd, M.Pd, Kepala
Bidang IKP Dinas Kominfo Kebumen Dewi lndri Astuti, SP, MM. Kasi Perizinan
Dinas PM &PTSP, Nurhayatun, S.ST. MM, dan Ketua DKD Kebumen, Pekik Sat
Siswonirmolo.
Menurut Pekik Sat Siswonirmolo kegiatan tersebut sudah merupakan tugas DKD, dan berharap
semoga dengan pementasan ini dapat turut mendukung keberadaan kesenian Menoreng
untuk dapat semakin dikenal kembali oleh masyarakat di Kebumen, seperti ketika
DKD dulu mengangkat kesenian Cepetan dari Peniron dan Watulawang, kecamatan
Pejagoan.
Sementara itu, Kepala desa Seling Sutarjo mengharapkan adanya
regenerasi bagi anak2 terhadap berbagai kesenian tradisional yang ada seperti
menoreng, lengger, dan jemblung, Kades Sutarjo juga menyampaikan adanya
ekstrakurikuler Menoreng di SD Pencil tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar