DOPOKAN GAYENG MATON SENI PEDALANGAN KEBUMENAN
Seni Pedalangan di Kebumen ternyata memiliki gaya
atau gagrag tersendiri, yang karakternya agak berbeda dengan seni
pedalangan yang berkembang secara umun di Jawa atau bahkan di Indonesia. Secara
umum kita mengenal ada seni pedalangan Gagrag Surakarta, Gagrag Yogyakarta,
Gagrag Tegalan, Gagrag Banyumasan dan lain sebagainya.
Akan tetapi seni pedalangan Gagrag Kebumen, yang konon dianggap sebagai cikal bakalnya seni pedalangan gagrag banyumasan itu, justru kurang dikenal. Barangkali salah satu penyebabnya adalah tidak adanya kajian ilmiah atau penelitian ilmiah dan forum-forum yang secara intens berusaha membedah adanya seni pedalangan gagrag kebumenan.
Akan tetapi seni pedalangan Gagrag Kebumen, yang konon dianggap sebagai cikal bakalnya seni pedalangan gagrag banyumasan itu, justru kurang dikenal. Barangkali salah satu penyebabnya adalah tidak adanya kajian ilmiah atau penelitian ilmiah dan forum-forum yang secara intens berusaha membedah adanya seni pedalangan gagrag kebumenan.
Kondisi seperti ini perlu disikapi oleh berbagai elemen masyarakat Kebumen, dengan melakukan berbagai upaya untuk secara intens berusaha membedah adanya seni pedalangan gagrag kebumenan..
Dalam rangka
menjawab
persoalan tersebut maka, Sekolah Rakyat Melubae (SRMB) Kebumen
sebagai bagian dari elemen masyarakat Kebumen, pada acara ulang tahunnya
yang ke-16, menyelenggarakan acara Rubungan
Dopokan Gayeng Maton dengan tema Seni Pedalangan Kebumen bersama Ki Basuki
Hendro Prayitno dalang sepuh dari Ambal Kebumen.
Darmawan
Riyadi selaku ketua panitia penyelenggara menyampaikan “ Melalui acara yang
diselenggarakan di Balai Kelurahan Kebumen pada Minggu malam (13/1) mulai pukul
20.00 wib tersebut diharapkan akan :
1. Menyegarkan kembali ingatan kita akan adanya
Seni Pedalangan, baik Wayang Kulit ataupun Wayang Golek Menak Gagrag Kebumen
2. Tumbuhnya
kebanggaan
pada potensi seni pedalangan di Kebumen, pada masyarakat dan pada generasi muda.
3. Tumbuhnya
kecintaan
pada potensi seni pedalangan di Kebumen, pada masyarakat dan pada generasi muda.
Hadir diantara puluhan para
pemerhati budaya dan pelaku seni Kebumen pada Rubungan
Dopokan Gayeng Maton, selaku nara sumber Ki Basuki Hendro Prayitno,
dalang senior dari Ambal, dan Ki Joko Bledeg atau Teguh Budi Santoso, dalang muda dari Bonorowo.
Nampak hadir juga RH Ageng Sulistyo Handoko Staf Ahli Bupati, Miftahul Ulum Wk.Ketua DPRD Kebumen, Hartono dari Komisi B DPRD Kebumen, Lulus Paryadi, dan Ketua DKD Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo.
Acara Rubungan yang dipandu oleh Jatmiko Kresnajati tersebut, diawali dengan pementasan seni Jamjaneng dari Panjer Kebumen yang dilanjutkan dengan prakata ketua panitia Darmawan Riyadi dan Refleksi SRMB oleh Aris Panji WS. Acara dilanjutka dengan Pemotongan salah satu tumpeng dari 16 tumpeng yang ada oleh “Kepala Sekolah” SRMB Daryono Cengkim dan diserahkan kepada Ki Basuki Hendro Prayitno. R.H Ageng Sulistyo Handoko, Miftahul Ulum, Hartono, perwakilan Polsek Kebumen Kota dan perwakilan Lurah Kebumen. Adapun jumlah tumpeng 16 buah tersebut melambangkan 16 tahun usia SRMB.
Pada puncak
acara Dopokan Gayeng Maton, setelah diawali dengan pemaparan Perkembangan
Pedalangan di Kebumen dan Harapannya ke depan oleh dalang Joko Bledeg atau
Teguh Budi Santoso, dilanjutkan
dengan pemaparan Seni Pewayangan Kebumen oleh Ki Basuki Hendro Prayitno.
Nampak hadir juga RH Ageng Sulistyo Handoko Staf Ahli Bupati, Miftahul Ulum Wk.Ketua DPRD Kebumen, Hartono dari Komisi B DPRD Kebumen, Lulus Paryadi, dan Ketua DKD Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo.
Nampak hadir juga RH Ageng Sulistyo Handoko Staf Ahli Bupati |
Acara Rubungan yang dipandu oleh Jatmiko Kresnajati tersebut, diawali dengan pementasan seni Jamjaneng dari Panjer Kebumen yang dilanjutkan dengan prakata ketua panitia Darmawan Riyadi dan Refleksi SRMB oleh Aris Panji WS. Acara dilanjutka dengan Pemotongan salah satu tumpeng dari 16 tumpeng yang ada oleh “Kepala Sekolah” SRMB Daryono Cengkim dan diserahkan kepada Ki Basuki Hendro Prayitno. R.H Ageng Sulistyo Handoko, Miftahul Ulum, Hartono, perwakilan Polsek Kebumen Kota dan perwakilan Lurah Kebumen. Adapun jumlah tumpeng 16 buah tersebut melambangkan 16 tahun usia SRMB.
Acara Rubungan dipandu oleh Jatmiko Kresnajati |
Prakata ketua panitia Darmawan Riyadi |
Refleksi SRMB oleh Aris Panji WS |
Pemotongan salah satu tumpeng dari 16 tumpeng yang ada oleh “Kepala Sekolah” SRMB Daryono Cengkim dan diserahkan kepada Ki Basuki Hendro Prayitno |
Beliau
menyampaikan bahwa Wayang Golek Menak Kebumen merupakan bentuk kesenian wayang
golek yang sangat khas, yang tidak diketemukan di daerah lain. Sehingga semasa
mendiang mertua beliau Ki Sindhu Jotaryono masih ada, sudah pernah
didokumentasikan menjadi tulisan ilmiah yang menjadi bahan pengajaran di ISI
Surakarta dan ISI Yogyakarta. Bahkan tulisan tersebut telah di terjemahkan
kedalam bahasa Inggris.
Yang menarik
adalah pada kesempatan tersebut Ki Basuki, yang kini telah berusia 75 tahun itu
berkesempatan mengungkap sekilas sejarah Kebumen dengan peragaan wayang golek
menak, dengan iringan jamjaneng. Meskipun hal tersebut dilakukan secara
sepontan tanpa persiapan akan tetapi karena kolaborasi antara Wayang Golek
dengan Jamjaneng adalah hal yang baru, maka pemaparan Ki Basuki dari Ambal menjadi
sangat memikat perhatian yang hadir di acara tersebut.
Ki Basuki, (75 tahun) berkesempatan mengungkap sekilas sejarah Kebumen dengan peragaan wayang golek menak, di iringan jamjaneng |
Harapan Ki
Basuki Hendro Prayitno dengan penampilan tersebut audien dapat memahami bahwa
pelaku, khususnya seni pedalangan dan seni tradisi pada umumnya harus melakukan
inovasi supaya dapat tetap eksis menjawab tantangan jaman. “ Mengadakan sesuatu
yang baru berdasarkan bahan yang sudah ada”.
Beliau
selain mengingatkan bahwa bagi pelaku seni harus selalu menghargai penonton,
karena penonton adalah guru yang baik, beliau juga berharap seni Wayang Golek
Menak, khususnya tokoh wayang golek Marmoyo atau Umar Maya dapat menjadi ikon
kesenian Kebumen.
“ Mengingat
masyarakat Kebumen yang agamis, dan seni wayang golek menak merupakan bentuk
kesenian yang mengandung syiar agama Islam. Sehingga Wayang Golek Menak khas Kebumen
ini sangat sesuai dipentaskan pada even-even peringatan hari besar Islam”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar