Pengamen siter jalanan Sutirah, 62 tahun, warga Purwogondo, RT.04/03 Kecamatan Kuwarasan saat pentas di Teratai Blambangan Resto Kebumen. |
Pada Sabtu malam(11/02), bertepatan dengan malam bulan
purnama, bertempat di Teratai Blambangan Resto Kebumen dipentaskan acara yang
sangat langka yaitu siteran, oleh pengamen siter jalanan Sutirah, 62 tahun,
warga Purwogondo, RT.04/03 Kecamatan
Kuwarasan. Pada pementasan tersebut Mbah Sutirah didampingi oleh pasangan
mainnya, Murti, 54 tahun, warga dukuh Pancasan RT.01/02 Grenggeng, Kecamatan
Karanganyar.
Murti bertugas sebagai penabuh Bas bethot, yaitu alat musik
yang terbuat dari kotak kayu dan diberi dawai karet bekas ban dalam sepeda,
yang berfungsi sebagai kendang pengiring petikan siter mbah Sutirah. Dengan
tabuhan “kendang” ini maka petikan
siter mbah Sutirah menjadi semakin rancak, dinamis dan menarik.
Mbah Sutirah telah yang telah menjadi pengamen jalanan sejak
tahun 1980 ini, medapatkan kepiawaian memetik sitar dari almarhum bapaknya,
yang bernama Masudi,. Ia telah ngamen berkeliling sampai ke Pengandaran,
Banyumas dan purworejo.
Pada malam purnama itu, dengan suara tuanya yang parau, mbah
Sutirah masih lantang melantunkan beberapa tembang jawa. Baik yang sudah sangat
popular seperti lagu Caping Gunung, maupun yang sangat klasik seperti jineman
Uler Kambang maupun Kutut Manggung. Bahkan pada lagu Waru Doyong, sempat
melontarkan beberapa parikan jenaka yang “nakal”
yang memancing gelak tawa para penonton. Bahkan ada beberapa penonton yang
tergoda berjoget saat menikmati lagu tersebut.
Menurut Suryanto, atau Ki Surya, 54 tahun pemilik Teratai
Blambangan, Ia sengaja mendatangkan pengamen siter jalanan untuk pentas di
resto miliknya ini sebagai bentuk kepedulian terhadap kesenian tradisional yang
saat ini telah terpinggirkan, dan juga keinginannya untuk ikut nguri-uri
kesenian tradisional Siteran tersebut.
“Saya sudah lama ingin nanggap siteran di rumah saya,
Alkhamdulilah baru terlaksana malam hari ini, itupun setelah saya bertemu mbah
Sutirah saat ngamen di Alun-alun Kebumen beberapa waktu lalu”. Kata Ki Surya.
Menurut Pekik Sat Siswonirmolo, Ketua DKD Kebumen yang turut
menyaksikan pementasan tersebut mengatakan bahwa pementasan siteran ini
merupakan wujud nyata dari kepedulian dan keinginan turut serta melestarikan
seni tradisional yang telah langka. Untuk itu DKD memberi apresiasi yang tinggi
pada pentas tersebut.
“ Ajakan untuk melestarikan kesenian tradisionan itu jangan
hanya slogan yang membuai, tetapi harus ada tindakan yang nyata, yaitu nanggap
dan memberi imbalan yang layak pada pelaku keseniannya”.
“Jangan dengan berkedok melestarikan kesenian, malah nanggap
gratis kelompok kesenian, untuk memeriahkan suatu acara, dengan hanya
menyediakan fasilitas yang terbatas, atau hanya menyediakan kesempatan pentas”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar