Sinopsis
Kisah Barongan dan Ebeg*
(*Kuda Kepang dari Kebumen)
Oleh: Pekik Sasinilo
Tersebutlah seorang putra Raja dari kerajaan Kejawang, namanya Pangeran Cundhaka yang bijaksana dan berhati mulia, dia memiliki dua orang kakak yaitu Pangeran Culika dan Pangeran Cubriya, yang mempunyai sifat tidak terpuji, jahat, dengki dan mudah dipengaruhi. Pangeran Cundhaka selalu mendapat perlakuan jahat dan semena-mena dari kedua kakaknya.
Raja yang sudah tua, membicarakan masalah tahta kerajaan dengan ketiga putranya, untuk menyiapkan siapa yang akan menjadi penggantinya. Pangeran Culika dan pangeran Cubriya dengan sombongnya menyatakan siap menerima tugas sebagai raja seandainya Ayahndanya menyerahkan tahta kerajaan kepadanya. Sedangkan Pangeran Cundhaka mempersilahkan ayahnda Raja untuk memilih saja sebagai pengganti tahta salah satu dari kedua kakaknya. Tentu saja kedua kakaknya menyetujui usul tersebut. Akan tetapi sebagai seorang Ayah dan juga raja yang bijaksana tidak dapat menerima begitu saja usulan Pangeran Cundhaka.
Akhirnya Raja memutuskan akan membagi kekayaan kerajaan menjadi tiga secara merata. Raja mensyaratkan semua pangeran harus mempuyai permaisuri terlebih dahulu. Untuk itu ketiga pangeran dipersilahkan untuk mengembara mencari calon permaisuri.
Sebelum berangkat mengembara masing-masing pangeran menerima cincin tanda putra kerajaan. Raja juga mempersilakan ketiga pangeran untuk memilih tiga macam bekal pusaka kerajaan yang telah disiapkan dan berpesan agar mereka selalu bersama-sama, rukun dan saling tolong menolong. Pangeran Culika memilih Keris pusaka, Pangeran Cubriya memilih Tombak dan Pangeran Cundhaka memilih Cemethi pusaka.
Akan tetapi tanpa sepengetahuan Raja perjalanan ketiga Pangeran tersebut ternyata diikuti oleh seorang Punggawa kerajaan yang licik dan memiliki niat jahat, ingin menguasai kerajaan, Patih Pathak Simo namanya. Punggawa kerajaan tersebut kemudian menghasut, dan mengadu domba ketiga pangeran saat mengembara. Pangeran Cundhaka tidak tergoda hasutan dari licik Pathak Simo, tetapi kedua kakaknya termakan oleh hasutan licik Pathak Simo. Pangeran Culika dan Pangeran Cubriya sepakat bersatu untuk mencelakakan Pangeran Cundhaka.
Setelah Pangeran Cundhaka berhasil dilenyapkan, Pathak Simo juga mengadu domba kedua Pangeran. Sehingga akhirnya kedua pangeran tadi saling mencelakai dan keduanya mati. Tinggalah Pathak Simo yang merasa gembira, telah berhasil menyingkirkan ketiga calon pewaris tahta kerajaan Kejawang. Berarti ambisinya untuk menguasai kerajaan, jadi raja akan segera terlaksana.
Sementara itu Pangeran Cundhaka yang dicilakai kedua kakaknya dengan dijerumuskan ke jurang ternyata belum mati. Dengan susah payah akhirnya berhasil menyelamatkan diri dari dalam jurang. Diatas bukit didapati kedua kakaknya telah mati. Maka dengan sedih hati kembali ke Kerajaan untuk melaporkan kematian kedua kakaknya kepada baginda Raja.
Mendengar laporan dari Pangeran Cundhaka, pada awalnya Sang Raja sangat sedih. Akan tetapi kemudian mendapat hasutan dari punggawa yang licik Pathak Simo, maka timbul marah yang luar biasa kepada Pangeran Cundhaka, yang disangkanya telah dengan sengaja mencelakai kedua kakaknya demi menguasai kerajaan. Pembelaan Pangeran Cundhaka sia-sia, tidak juga meredakan kemarahan. Raja kemudian menjatuhkan hukuman mati pada Pangeran Cundhaka. Untuk pelaksana dan tempat pelaksanaan hukuman diserahkan pada Punggawa Pathak Simo. Raja berpesan agar pelaksanaan hukuman tidak di dalam wilayah kerajaan. Beliau tak rela tanah kerajaan dikotori darah manusia jahat macam Pangeran Cundhaka.
Ternyata Punggawa Pathak Simo adalah seorang pengecut, ia tidak melaksanakan sendiri perintah raja, tetapi pelaksanaannya diserahkan kepada abdi dalem Paman Pekathik yang sebenarnya sangat sayang dengan Pangeran Cundhaka. Hal tersebut tidak diketahui oleh Punggawa licik Pathak Simo. Oleh Paman Pekathik, hukuman mati tidak jadi dilaksanakan, bahkan abdi setia itu akhirnya menemani Pangeran Bungsu mengembara.
Sepeninggalan ketiga putranya, Raja selalu bersedih, sehingga tidak memikirkan keselamatan dirinya dan juga kerajaannya. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Punggawa licik Pathak Simo untuk merebut kekuasaan kerajaan. Raja yang merana itu di kudeta dan dijebloskan ke penjara. Punggawa licik Pathak Simo memerintah kerajaan dengan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Kekuasaannya tanpa batas, setiap keinginannya harus dituruti, serakah dan kejam.
Dalam pengembaraannya Pangeran Cundhaka telah mendengar kabar terjadinya perebutan kekuasan di kerajaan Ayahndanya, dan keangkaramurkaan yang dilakukan oleh Pathak Simo. Kemudian atas nasehat dari abdi setia Paman Pekathik yang sakti, pada pengembaraanya disarankan untuk menyamar sebagai pengamen. Paman Pekathik mendapat gagasan untuk membuat sebuah tarian dengan menunggang kuda yang terbuat dari anyaman bambu yang kemudian dikenal dengan nama Ebeg.
Tarian Ebeg Pangeran Cundhaka mendapat sambutan yang baik dari warga masyarakat. Bahkan kemudian banyak diantaranya yang masuk menjadi anggota, mengikuti rombongan ngamen Ebeg. Karena ternyata tidak hanya sekedar belajar tari Ebeg, tetapi juga belajar ilmu beladiri dan kesaktian. Sehingga rombongan ngamen Ebeg Pangeran Cundhaka bukan rombongan Ebeg biasa, tetapi rombongan Ebeg sakti. Tujuan dari Pangeran Cundhaka adalah untuk memerangi kejahatan dan keangkaramurkaan yang terjadi di Kerajaannya.
Ketika ngamen tarian Ebeg sampai ke kerajaan Kajoran, putri Kerajaan Roro Pawestri sangat terkesan dengan tarian tersebut. Bahkan diam-diam jatuh hati pada salah seorang penarinya, yang tak lain adalah Pangeran Cundhaka. Roro Pawestri tidak tahu kalau Pangeran Cundhaka sebenarnya juga tertarik dengannya, hanya saja pangeran Cundhaka takut menyatakanya karena ia hanyalah seorang pengamen.
Setelah menjadi raja Pathak Simo berkeinginan untuk mencari permaisuri. Maka dilamarnya Roro Pawestri dari kerajaan Kajoran. Akan tetapi Roro Pawestri menolak lamaran tersebut. Penolakan membuat Raja Pathak Simo marah, dan menjelma menjadi Barongan yang kemudian mengacaukan kerajaan Kajoran. Maka terjadilah kekacauan yang dahsyat di kerajaan Kajoran. Karena kesaktiannya Raja Pathak Simo berhasil menculik Roro Pawestri.
Raja kerajaan Kajoran, Ayahnda Roro Pawestri sangat sedih, Putri kersayangannya hilang diculik raja licik Pathak Simo yang kejam. Untuk menyelamatka Roro Pawestri, Raja kerajaan Kajoran mengadakan sayembara, ”Bagi siapa saja yang dapat mengalahkan Raja Pathak Simo dan berhasil mengenbalikan Roro Pawestri ke kerajaan Kajoran , kalau perempuan akan menjadi putri angkat kerajaan dan bila laki-laki akan diangkat menjadi menjadi menantu, dan kepadanya tahta Kerajaan akan diserahkan.”
Demi mendengar adanya sayembara yang diadakan oleh Raja kerajaan Kajoran, maka Pangeran Cundhaka berniat untuk mengikutinya. Kemudian dengan dibantu Paman Pekathik, disusunlah suatu setrategi untuk menyusup ke Kerajaan Kejawang. Agar tidak diketahui jati dirinya, maka dilakukan dengan ngamen Ebeg dengan dua orang penari topeng lucu, Penthul dan Tembem, dan sebuah Barongan tiruan untuk menyindir jelmaan Pathak Simo saat marah.
Dengan menjalankan strategi tersebut, Pangeran Cundhaka berhasil memasuki kerajaan, dan dapat mengetahui keberadaan Roro Pawestri, dan Ayahndanya yang menderita di dalam penjara. Maka terjadilah pertempuran dahsyat, untuk menolong Ayahndanya dan sang Roro Pawestri. Pangeran Cundhaka bersenjatakan cemethi sakti, dan mengerahkan pasukan Kuda Kepang saktinya. Barongan tiruan bertarung melawan Barongan jelmaan dari Pathak Simo. Akhirnya Barongan jelmaan Pathak Simo kalah, dan merasuk ke tubuh Barongan tiruan, hingga selamanya menjadi pengikut setia rombongan Ebeg sakti.
Pangeran Cundhaka berhasil membebaskan Ayahda Raja dan Roro Pawestri. Ayahnda Raja terharu menyadari kesalahanya, ternyata telah keliru menuduh Pangeran Cundhaka. Ayahnda Raja juga sangat berbahagia telah menemukan calon pengganti raja yang gagah perkasa dan dicintai rakyatnya. Sesuai dengan janji Raja Kajoran, maka Pangeran Cundhaka dikawinkan dengan Roro Pawestri.
Rabu, 28 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar