”Reksa Mustika Bumi”
Ketoprak Dangsak Pentas Kolaborasi Dewan Kesenian
Daerah (DKD) Kebumen
Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kebumen kembali menggelar
pentas kolaborasi Ketoprak Dangsak yang mengangkat lakon ”Reksa Mustika Bumi”,
di panggung Jateng Fair PRPP Semarang, Senin (29/08) malam. Lakon yang diusung
dalam pementasan ketoprak tersebut mengangkat isu nasionalisme, di tengah
ancaman krisis kebanggaan generasi muda pada
potensi budaya daerah. Lakon ”Reksa Mustika Bumi” yang naskahnya ditulis
oleh Pekik Sat Siswonirmolo membeberkan pertarungan antara kompeni yang bernafsu menguasai daerah jajahan dengan
masyarakat lokal daerah pegunungan atau pareden Kebumen.Pementasan ini juga didukung iringan gending digawangi oleh Ki Bambang Budiono (DKD) yang juga seorang dalang asal Desa Jatijajar, Ayah dan Ki Sutarjo S.Pd, guru SMP 2 Kutowinangun. Pementasan kesenian ini menggunakan iringan gamelan dari SMP Taman Dewasa yang dikolaborasikan dengan Bass drum dan perkusi mas Aris, guru SMK Batik Sakti 1 Kebumen. Sejumlah pemain teater terlibat pada pementasan itu, antara lain Putut Ahmad Su’adi, Sahid Elkobar , Nunung (Teater Ego), penari Pipin Damayanti (PNS Guru),Pekik Sat Siswonirmolo (pengurus DKD), Sakum (Roso Kawedar).
Secara umum pentas seni, dari kabupaten berslogan
Beriman, yang menggunakan bahasa gado-gado Bahasa Indonesia dan Jawa itu, cukup
menggemparkan suasana panggung Jateng Fair 2016 di PRPP Semarang di tengah minimnya pentas tradisional. Meskipun
dalam guyuran hujan, tidak menyurutkan minat, pengunjung PRPP menggunakan
payung menyaksikan pementasan. Penampilan Tari Cepetan yang juga disebut
Dangsak cukup memukau pengunjung PRPP. Terbukti setelah pementasan banyak
penonton yang berebut untuk foto bersama, dan tidak ketinggalan ada 2 orang
anggota Polisi yang ikut berfoto dengan meminjam kostum Cepetan. Bahkan seusai
pementasan para pemain Kethoprak Dangsak, khususnya penari Cepetan harus
menuruti permintaan panitia untuk ikut pawai, diarak mengelilingi area PRPP. menggunakan
kereta kelinci.
“Rasa capai selama persiapan dan latihan, lunas terbayar malam ini” kata Putut Ahmad Su’di yang bertindak selaku asisten sutradara, mengungkapkan rasa puasnya seusai menyaksikan pementasan.
“Rasa capai selama persiapan dan latihan, lunas terbayar malam ini” kata Putut Ahmad Su’di yang bertindak selaku asisten sutradara, mengungkapkan rasa puasnya seusai menyaksikan pementasan.
Kethoprak Dangsak Lakon Reksa Mustika Bumi merupakan
produksi ke 4 dari Dewan Kesenian Daerah
(DKD) bercerita tentang keteguhan local genius dalam mempertahankan
kemerdekaan. Kethoprak Dangsak sendiri merupakan sebuah ijtihad kebudayaan
Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Kebumen dalam rangka memacu kreatifitas dan semangat
kolaborasi bagaimana kesenian khas Kebumen ini dapat lebih diterima oleh
khalayak, maka memunculah satu jenis kesenian baru, sebuah pertunjukan
kolaboratif kethoprak yang merupakan seni tradisi asli Indonesia modern, dengan
berbasis lakon yang dinaskahkan dengan mengambil spirit dan cita rasa Dangsak
atau Cepetan Alas yang merupakan potensi seni daerah kabupaten Kebumen.
Kethoprak Dangsak memiliki visi yang sejalan
dengan fungsi seni sebagai wujud respon sosial, hingga pada prakteknya
naskah-naskah yang dimunculkan diupayakan dapat kontekstual terhadap jiwa jaman
dan memiliki sensitifitas tang tinggi terhadap masalah yang dihadapi
masyarakat, sehingga keberadaannya semakin berperan dan memiliki makna.
Lakon Reksa Mustika Bumi ini menarik karena konteksnya
terhadap situasi kontemporer. Kasus krisis nasionalisme pada generasi muda merupakan
ancaman bagi keutuhan NKRI, sehingga mempertahankan kemerdekaan dengan menjaga
persatuan dan kesatuan melalui
pemberdayaan budaya yang berbasis kearifan lokal menjadi tanggung jawab semua
warga masyarakat, khususnya generasi muda.
“Kowe kabeh para pemuda ing desa kene nduweni
tanggung jawab kang gedhe banget kanggo melu berjuang, mbelani bumi pertiwi.
Kompeni aja diadepi nganggo gegaman, awake dewek mesti kasoran. anangin kudu
diadepi kanthi cara olah budi daya kang wicaksana. Cepetan utawa Dangsak bisa
dadi sarana kanggo ngusir kompeni saka bumi pareden kene. Sarate kowe para
pemuda kudu gembleng nyawiji.” Salah satu dialog Ki Rekso (Pekik) pada salah
satu adegan.