Rusmiyati dari SRMB Kebumen dan Pujo Harjono pemateri dari BLK Kebumen memberikan pelatihan teknik pewarnaan pada batik. |
Rusmiyati dari SRMB Kebumen dan Pujo Harjono pemateri dari BLK Kebumen memberikan pelatihan teknik pewarnaan pada batik. |
Dalam rangka turut serta melestarikan batik sebagai warisan
budaya dan meningkatkan kesejahteraan ibu-ibu di pedesaan melalui potensi lokal,
maka Taman Bacaan Sanggar Ilmu Sadang Kulon
yang didukung oleh Sekolah Rakyat Melu Bae (SRMB) Kebumen, menyelenggarakan
Pelatihan Batik bagi ibu-ibu di desa Sadang Kulon Kecamatan Sadang, yang
dilaksanakan di rumah pasangan Nurnakhudin S.PdI-Ismowati. Pelatihan tersebut juga
merupakan lanjutan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, PNPM –Md bidang Permodalan
dan Pendampingan Produksi Batik Tulis yang diikuti oleh 15 orang peserta dengan
pemateri Roso Raharjo dari BLK Kebumen dan Rusmiyati dari Sekolah Rakyat Melu
Bae (SRMB) Kebumen.
Menurut Rusmiyati dari
SRMB Kebumen dengan pelatihan batik bagi ibu ibu di desa Sadang Kulon selain
melestarikan tradisi membatik di kalangan ibu-ibu di pedesaan, juga diharapkan
dapat meningkatkan ketrampilan membatik dan meningkatkan kwalitas, sehingga
batik yang dihasilkan akan menjadi lebih baik, dengan begitu maka produk batik
dari Sadang Kulon nantinya akan lebih diminati pasar.
Pelatihan diselenggaran dari Selasa (28/10) sampai dengan
hari Sabtu (1/11). Materi disampaikan dengan metode demonstrasi dan praktek
langsung, yang berlangsung dalam suasana penuh keakraban dengan diselingi banyolan-banyolan lucu baik oleh pemateri
maupun dari peserta. Pada teknik pewarnaan
pada batik disampaikan teknik Naptol, Remasol atau Colet dan Teknik Indigosol yang nantinya dilanjutkan
dengan proses pelorodan yaitu proses akhir pada membatik. Ibu- ibu dari desa
Sadang Kulon tampak antusias mengikuti pelatihan membatik tersebut.
Kepala Desa Sadang
Kulon Pujo Harjono, menyambut baik adanya pelatihan tersebut mengingat selama
ini di masyarakat Sadang Kulon belum
pernah ada kegiatan membatik. Sebelum pelatihan dimulai Pujo Harjono menyatakan
bahwa selama ini Sadang Kulon belum memiliki produk lokal yang menjadi unggulan
desa, meskipun sebenarnya desa Sadang Kulon
memiliki bahan baku seperti bambu yang berlimpah yang dapat dikembangkan
menjadi kerajinan anyaman bambu, akan tetapi sampai saat ini hanya dijual dalam
bentuk bambu, belum dikembangkan secara maksimal menjadi hasil kerajinan yang
memiliki nilai tambah.
Menurut pemateri dari BLK Kebumen yang juga seorang pengrajin
batik Roso Raharjo mengatakan bahwa pada
saat sekarang ini kerajinan batik memiliki peluang pasar yang cukup besar
mengingat penggunaan pakaian dinas di lingkungan
pemerintahan juga mewajibkan penggunaan pakaian seragam batik, apalagi nanti
setelah diberlakukan Perbub no.43 tahun 2014, dimana mengharuskan penggunaan
pakaian batik setidaknya 2 kali dalam
satu minggu yaitu Batik Nusantara dan Batik Khas Kebumen. Dengan demikian agar produk batik dari Sadang Kulon ini dapat
lebih dikenal , maka dari pihak pemeritah Desa maupun Kecamatan Sadang harus
memiliki kemauan untuk menggunakan produk batik tersebut pada hari-hari yang
telah ditetapkan untuk berpakaian batik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar